Trip: A Glance of Ho Chi Minh, Vietnam

8:00 AM

Moc Bai, 21 Februari 2014

Sepeda motor banyak
ditemui di sini
Bertolak dari Phnom Penh ke perbatasan Kamboja-Vietnam di Bavet, untuk yang tidak mau repot antri dan ingin cepat disarankan untuk menyiapkan uang sampai dengan $5 (tergantung kebutuhan) untuk diselipkan di dalam paspor. Karena kami menggunakan bis supaya tidak perlu menurunkan dan periksa semua barang bawaan setiap melewati satu pos penjagaan harus merogoh $1, pos berikutnya tambah lagi, sampai akhirnya setelah kami turun untuk cap imigrasi menyeberang ke Moc Bai, Vietnam masih ada saja calo yang menawarkan untuk bisa langsung ke loket baru asalkan bayar lagi. Waktu itu kami memilih antri saja di imigrasi, toh yang antri juga grup kami semua. Selepas dari imigrasi dan menginjakkan kaki pertama kali di Vietnam kami sudah disambut dengan para wanita yang menjajakan jagung ketan rebus dan es tebu. Jadilah kami menyerbu para wanita yang menjajakan dagangannya dengan bersepeda motor ini sembari menunggu bis berangkat. Sekedar saran kalau lewat perbatasan darat wajib hukumnya untuk sediakan uang kecil untuk negara tujuan selanjutnya, biar bisa jajan kalau lapar. Mata uang Vietnam adalah Vietnamese Dong (VND) yang bernilai sekitar 0,57 IDR saat aku ke sana, yup mata uang Indonesia lebih besar. Hal ini baru saja kualami selama bepergian ke negeri orang. Walau secara teknis nilai Rupiah kita lebih besar, saat dibawa ke money changer nilainya akan jatuh karena mereka lebih menghargai USD ketimbang IDR. Jadi buat yang suka belanja bawa stok USD yang banyak ya.... Selanjutnya kami segera menuju Ho Chi Minh untuk check in di hotel Hoang Hai Long di dekat pasar Ben Thanh.

Sekelumit pemandangan kota Ho Chi Minh, Vietnam

Ho Chi Minh, 22 Februari 2014
Reunification / Independence Palace
Tampak luar Istana Kemerdekaan
Gedung yang megah di zamannya ini sebetulnya masih tergolong baru, resmi berdiri pada tahun 1966 dan berfungsi sebagai tempat kediaman dan dinas presiden. Di masa kepemimpinan Duon Van Minh, terjadi revolusi yang menuntut sang presiden untuk menyerah tanpa syarat setelah pasukan pembebas berhasil merangsek masuk melalui gerbang utama istana. Yang berlanjut dengan diadakannya Political Consultative Conference untuk penyatuan nasional kembali di istana yang sama. Dari sinilah istilah Reunification (penyatuan kembali) dan Independence (kemerdekaan) Palace diperoleh. Pada tahun 2009 istana ini diresmikan sebagai salah satu peninggalan sejarah nasional oleh Perdana Menteri Republik Sosialis Vietnam. Dan sampai kini merupakan salah satu tujuan wisata yang terkenal di kota Ho Chi Minh, dan masih sering digunakan sebagai tempat perjamuan kenegaraan, rapat kepemerintahan dan acara-acara penting lainnya.

Untuk struktur bangunannya terdiri dari 4 lantai utama, 2 lantai mezanin, lantai dasar dan lantai bawah tanah. Di bawah rancangan Ngô Viết Thụ yang sangat terpengaruh dengan filosofi Timur struktur keseluruhan peta bangunan istana pun memiliki kesamaan bentuk dengan huruf kanji yang berarti keberuntungan atau hoki. Sedangkan tampak depan istana juga memiliki makna tersendiri yang masih terkait dengan bentuk huruf kanji yang berarti kejujuran, kesetiaan, kemanusiaan, kebijaksanaan, tujuan yang jelas, kepemimpinan, dan kemakmuran. Untuk bagian interior istana bisa dikatakan cukup mewah dan unik dari lokasi tangga-tangganya yang agak di luar pakem. Kecuali di lantai bawah tanah yang sempat bikin ragu untuk melangkah ke sana, karena terdapat lorong kecil panjang yang tidak terlihat ujungnya kemana ditambah lagi sedang sendirian karena terpisah rombongan sewaktu turun selepas melihat landasan helikopter. Untung saat mau berbalik akhirnya bertemu dengan beberapa anggota rombongan yang bersedia menemani menilik apa yang ada di balik lorong panjang tadi. Misi mengelilingi istana sudah selesai saatnya lanjut ke tujuan berikut...

Ruangan mewah khusus menyambut tamu-tamu kenegaraan
Arsitektur bangunan favoritku, sangat ramah lingkungan. Ventilasi ini dibuat sedemikian rupa sehingga sepanjang lorong bisa tetap terang di siang hari namun masih memiliki nilai estetika yang tinggi. 
Ruangan untuk para tamu yang elegan
Berpapasan dengan salah satu tour guide lokal yang manis sekali dengan pakaian khas Vietnam, yang dengan ramahnya mengizinkanku untuk mengabadikan dirinya dengan kamera
Ada bioskop pribadinya juga loh
Landasan helikopter di atas gedung lengkap dengan helikopter lorengnya
Salah satu mobil yang pernah dipakai oleh salah satu presiden Vietnam

Saigon Notre-Dame Basilica
Sebuah gereja besar yang berdiri kokoh dekat kantor pos, didirikan pada masa kolonial Perancis dengan menggunakan material yang khusus diimpor langsung dari negara Perancis. Tak heran gereja yang memiliki dua menara bel di kedua sisi depannya ini memiliki konstruksi yang tidak kalah megahnya dengan gereja-gereja di Eropa. Sayang kami hanya mampir untuk berfoto di depannya saja hari itu untuk mengejar perjalanan ke Cu Chi Tunnels yang terletak agak di pinggir kota. Bukan hanya turis saja loh yang suka berfoto di sini, sepertinya tempat ini juga merupakan tempat favorit untuk pre wedding calon pasangan pengantin. Selain gereja, atraksi turis lainnya adalah Patung Bunda Maria yang berada tepat di depannya. Yang sempat membuat geger pada tahun 2005 ketika beredar kabar, Patung Bunda Maria tersebut meneteskan air mata pada pipi sebelah kanannya. Walaupun berita tersebut sempat dibantah oleh pihak gereja. Berlanjut dari sini kami segera berangkat menuju Cu Chi Tunnels sambil makan siang di tengah perjalanan ke sana.
Mejeng di kaki Bunda Maria yang bersejarah itu, dengan Saigon Notre-Dame Basilica sebagai latarnya

Saigon Central Post Office, yang agak bikin kaget ternyata bangunan ini merupakan salah satu karya dari Gustave Eiffel si perancang Menara Eiffel

Cu Chi Tunnels
Sedikit menuju ke pinggiran kota, tujuan berikutnya adalah sebuah restoran yang bernama "Cumi" lucu ya namanya. Di sini kami mampir sejenak untuk mengisi perut sebelum menjelajahi Cu Chi Tunnels tidak jauh dari situ. Waktu itu meja kami memesan semacam hot pot tom yam dengan harga yang tergolong ekonomis. Yang uniknya untuk udang, salah satu bahan celupan tom yam tersebut masih hidup saat disajikan. Jadilah pada lempar-lemparan siapa yang akan mengeksekusi para udang tersebut ke dalam panci panas, yang berakhir ke tangan si pelayan muda yang lugu dan full bahasa isyarat karena tidak mengerti bahasa Inggris. Lanjut ke Cu Chi Tunnels dengan tiket masuk ke komplek seharga VND 20.000 dan tiket masuk plus tur ke kawasan terowongan seharga VND 70.000 per orang, total sekitar 51.300 Rupiah. Seperti namanya, terowongan Cu Chi merupakan gua-gua bawah tanah peninggalan tentara Vietkong saat perang Vietnam dulu. Tidak tanggung-tanggung terowongan tersebut sampai bertingkat ke bawah tanah persis seperti sarang semut. Dengan fungsi yang berbeda untuk tiap tingkatnya mulai dari rute gerilya, gudang senjata dan makanan, markas, tempat tinggal, dan pastinya tempat bersembunyi. Yang lebih hebatnya lagi tentara Vietkong sudah terbiasa tinggal di bawah tanah sampai berminggu-minggu dengan stok udara, air dan makanan yang sangat minim. Jadi tidak heran dengan kegigihan mereka yang luar biasa tersebut tentara Amerika yang bersenjata lengkap pun bisa terpukul mundur. Selain gigih Vietkong yang menganut paham komunis juga pakarnya daur ulang, mulai dari ban bekas yang dibuat menjadi sandal sampai ke bekas rudal musuh yang diolah kembali menjadi senjata ledak lainnya. Untuk yang penasaran bagaimana rasanya merayap di dalam terowongan Cu Chi bisa mencoba langsung di rute yang sudah diperbesar khusus untuk turis dengan kepanjangan rute yang bervariasi. Patut diketahui pada saat terowongan dibuat hanya pas-pasan seukuran tubuh Vietkong, seperti ukuran ras Asia umumnya, sehingga menyulitkan musuh yang kebanyakan tentara Amerika untuk mengejar mereka sampai ke dalam terowongan. Di pertengahan tur bagi yang ingin mencoba sensasi menembak dengan senjata sungguhan macam AK-47 atau M16, silakan merogoh kocek untuk membeli peluru di galeri tembak di komplek yang sama. Di akhir perjalanan, kami digiring untuk menikmati sajian singkong rebus dan teh hangat yang katanya merupakan makanan pokok mereka selama perang berlangsung.

Inilah dia hot pot tom yam ala "Cumi"
Anggota tur kami sedang berpose di depan peta komplek Cu Chi
Memasuki kawasan hutan tempat Vietkong dulu berjuang untuk kemerdekaan mereka
Searah jarum jam dari kiri atas: jebakan duri ayun; lubang jebakan saat tertutup; lubang jebakan bila tutupnya terinjak; tour guide kami siang itu sedang menjelaskan cara kerja berbagai jebakan lainnya
Dari kiri ke kanan: proses penggalian terowongan, di bawah bagian yang mengeruk tanah dan tanah yang sudah digali diangkat ke permukaan dengan keranjang bergalah; contoh jalan masuk rute terowongan penghubung dan jalan keluarnya; lubang bersembunyi plus model salah satu teman kami, kalau ditutup seperti rerumputan biasa (atas) dan lubang tempat penembak bersembunyi, yang kalau dikejar musuh ada rute khusus bersembunyi dan jebakan (bawah)
Berpose di depan tank tentara Amerika yang berhasil dikalahkan oleh sepasukan Vietkong dengan senjata ala kadarnya
Peninggalan rudal-rudal musuh, tinggal kerangkanya saja karena isinya sudah didaur ulang
Contoh seragam Vietkong, seperti seragam komunis Pol Pot di Kamboja atasan dan bawahan hitam dengan scarf kotak-kotak di leher. Hanya sedikit berbeda di warna scarf-nya, di sini kombinasi hitam putih bukannya merah putih. Namun perbedaan yang cukup besar bisa terlihat kalau Vietkong yang sama-sama penganut komunis di Vietnam dianggap sebagai pahlawan, kebalikan dengan rezim Pol Pot yang menjadi sejarah kelam di Kamboja.
Mejeng sebentar bersama Mr. Ho Chi Minh, si pemimpin revolusi sebelum pulang 

Ben Thanh Night Market

Salah satu kios baju kaos di pasar malam
Pasar yang di siang hari menjual segala jenis barang. Mulai dari pakaian, tas, koper, kopi, makanan, money changer, kerajinan tangan dan suvenir lainnya. Ketika di malam hari berubah wujud menjadi pasar malam yang para penjualnya menjajakan dagangan mereka di pinggir jalan raya karena gedung pasar hanya buka sampai dengan jam 5 sore. Hanya yang perlu diwaspadai di sini adalah harga yang dibuka oleh para pedagang di sini sangatlah gila-gilaan. Bisa sampai dengan 5x lipat bahkan lebih, kalau tidak bisa menilai kualitas barang bisa-bisa tertipu padahal sudah mengira untung karena berhasil menawar sampai sepertiganya tapi ternyata harga aslinya masih jauh di bawah itu. Jadi untuk belanja di sini harus tega dan tahan dimaki-maki oleh penjualnya. Karena terkadang walau kita dimaki karena menawar terlalu rendah toh kalau memang masih untung ia akan memanggil kita lagi (seperti pengalamanku). Di sini juga ada tempat jajan pinggir jalan yang cukup ramai, jadi walaupun harus duduk di dingklik-dingklik yang tersedia jadilah kami memesan makan di sana karena penasaran. Dan ternyata makanan-nya sangat memuaskan (catatan: non halal) terlebih lagi engko yang jualan dengan baik menjelaskan apa saja yang ia jual dengan sabar (maklum pada maksa cas cis cus pakai bahasa campur aduk sambil tunjuk ini itu demi perut). Jadi pantaslah untuk masuk daftar rekomendasi buat yang berkunjung ke Ben Thanh di malam hari.

Di malam hari gedung pasar hanya menjadi latar saja, saatnya pasar jalanan beraksi
Inilah penampakan si engko kelimis yang dengan sigapnya menyiapkan pesanan kami
(saking cepatnya sampe blur, kayak kungfu aja hahaha)
Nasi Babi Panggang (non halal)

Ho Chi Minh, 23 Februari 2014
Saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Vietnam, memang masih banyak tempat indah dan menarik yang bisa dikunjungi di sini (salah satunya Ha Long Bay). Mungkin suatu hari nanti aku akan kembali menginjakkan kaki di Vietnam, dengan kisah baru tentunya. Tapi paket wisata yang sudah kami jalani selama 10 hari ini berakhir sampai di sini, saatnya kembali ke Jakarta untuk kembali ke rutinitas sehari-hari. Sampai jumpa Vietnam, semoga lain waktu kita kembali bersua ^-^
Bakalan kangen sama menu sarapan lengkap yang disediakan Huang Hai Long Hotel
Haloooo, sebentar lagi aku pulang lohh.... buat yang sudah kangen ^.^
(mejeng di lobby Huang Hai Long)

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

FLASHBACK

Trip: Tomb Visits, Paris Day 4

Selasa, 24 September 2013 Paris Père Lachaise Cemetery Kunjungan pertama hari ini agak beda dari biasanya, yaitu ke kuburan. Ich kok jalan-j...