Trip: A Glance of Ho Chi Minh, Vietnam
8:00 AMMoc Bai, 21 Februari 2014
Sepeda motor banyak ditemui di sini |
Sekelumit pemandangan kota Ho Chi Minh, Vietnam |
Reunification / Independence Palace
Tampak luar Istana Kemerdekaan |
Untuk struktur bangunannya terdiri dari 4 lantai utama, 2 lantai mezanin, lantai dasar dan lantai bawah tanah. Di bawah rancangan Ngô Viết Thụ yang sangat terpengaruh dengan filosofi Timur struktur keseluruhan peta bangunan istana pun memiliki kesamaan bentuk dengan huruf kanji yang berarti keberuntungan atau hoki. Sedangkan tampak depan istana juga memiliki makna tersendiri yang masih terkait dengan bentuk huruf kanji yang berarti kejujuran, kesetiaan, kemanusiaan, kebijaksanaan, tujuan yang jelas, kepemimpinan, dan kemakmuran. Untuk bagian interior istana bisa dikatakan cukup mewah dan unik dari lokasi tangga-tangganya yang agak di luar pakem. Kecuali di lantai bawah tanah yang sempat bikin ragu untuk melangkah ke sana, karena terdapat lorong kecil panjang yang tidak terlihat ujungnya kemana ditambah lagi sedang sendirian karena terpisah rombongan sewaktu turun selepas melihat landasan helikopter. Untung saat mau berbalik akhirnya bertemu dengan beberapa anggota rombongan yang bersedia menemani menilik apa yang ada di balik lorong panjang tadi. Misi mengelilingi istana sudah selesai saatnya lanjut ke tujuan berikut...
Ruangan mewah khusus menyambut tamu-tamu kenegaraan |
Arsitektur bangunan favoritku, sangat ramah lingkungan. Ventilasi ini dibuat sedemikian rupa sehingga sepanjang lorong bisa tetap terang di siang hari namun masih memiliki nilai estetika yang tinggi. |
Ruangan untuk para tamu yang elegan |
Berpapasan dengan salah satu tour guide lokal yang manis sekali dengan pakaian khas Vietnam, yang dengan ramahnya mengizinkanku untuk mengabadikan dirinya dengan kamera |
Ada bioskop pribadinya juga loh |
Landasan helikopter di atas gedung lengkap dengan helikopter lorengnya |
Salah satu mobil yang pernah dipakai oleh salah satu presiden Vietnam |
Saigon Notre-Dame Basilica
Sebuah gereja besar yang berdiri kokoh dekat kantor pos, didirikan pada masa kolonial Perancis dengan menggunakan material yang khusus diimpor langsung dari negara Perancis. Tak heran gereja yang memiliki dua menara bel di kedua sisi depannya ini memiliki konstruksi yang tidak kalah megahnya dengan gereja-gereja di Eropa. Sayang kami hanya mampir untuk berfoto di depannya saja hari itu untuk mengejar perjalanan ke Cu Chi Tunnels yang terletak agak di pinggir kota. Bukan hanya turis saja loh yang suka berfoto di sini, sepertinya tempat ini juga merupakan tempat favorit untuk pre wedding calon pasangan pengantin. Selain gereja, atraksi turis lainnya adalah Patung Bunda Maria yang berada tepat di depannya. Yang sempat membuat geger pada tahun 2005 ketika beredar kabar, Patung Bunda Maria tersebut meneteskan air mata pada pipi sebelah kanannya. Walaupun berita tersebut sempat dibantah oleh pihak gereja. Berlanjut dari sini kami segera berangkat menuju Cu Chi Tunnels sambil makan siang di tengah perjalanan ke sana.
Mejeng di kaki Bunda Maria yang bersejarah itu, dengan Saigon Notre-Dame Basilica sebagai latarnya |
Saigon Central Post Office, yang agak bikin kaget ternyata bangunan ini merupakan salah satu karya dari Gustave Eiffel si perancang Menara Eiffel |
Cu Chi Tunnels
Sedikit menuju ke pinggiran kota, tujuan berikutnya adalah sebuah restoran yang bernama "Cumi" lucu ya namanya. Di sini kami mampir sejenak untuk mengisi perut sebelum menjelajahi Cu Chi Tunnels tidak jauh dari situ. Waktu itu meja kami memesan semacam hot pot tom yam dengan harga yang tergolong ekonomis. Yang uniknya untuk udang, salah satu bahan celupan tom yam tersebut masih hidup saat disajikan. Jadilah pada lempar-lemparan siapa yang akan mengeksekusi para udang tersebut ke dalam panci panas, yang berakhir ke tangan si pelayan muda yang lugu dan full bahasa isyarat karena tidak mengerti bahasa Inggris. Lanjut ke Cu Chi Tunnels dengan tiket masuk ke komplek seharga VND 20.000 dan tiket masuk plus tur ke kawasan terowongan seharga VND 70.000 per orang, total sekitar 51.300 Rupiah. Seperti namanya, terowongan Cu Chi merupakan gua-gua bawah tanah peninggalan tentara Vietkong saat perang Vietnam dulu. Tidak tanggung-tanggung terowongan tersebut sampai bertingkat ke bawah tanah persis seperti sarang semut. Dengan fungsi yang berbeda untuk tiap tingkatnya mulai dari rute gerilya, gudang senjata dan makanan, markas, tempat tinggal, dan pastinya tempat bersembunyi. Yang lebih hebatnya lagi tentara Vietkong sudah terbiasa tinggal di bawah tanah sampai berminggu-minggu dengan stok udara, air dan makanan yang sangat minim. Jadi tidak heran dengan kegigihan mereka yang luar biasa tersebut tentara Amerika yang bersenjata lengkap pun bisa terpukul mundur. Selain gigih Vietkong yang menganut paham komunis juga pakarnya daur ulang, mulai dari ban bekas yang dibuat menjadi sandal sampai ke bekas rudal musuh yang diolah kembali menjadi senjata ledak lainnya. Untuk yang penasaran bagaimana rasanya merayap di dalam terowongan Cu Chi bisa mencoba langsung di rute yang sudah diperbesar khusus untuk turis dengan kepanjangan rute yang bervariasi. Patut diketahui pada saat terowongan dibuat hanya pas-pasan seukuran tubuh Vietkong, seperti ukuran ras Asia umumnya, sehingga menyulitkan musuh yang kebanyakan tentara Amerika untuk mengejar mereka sampai ke dalam terowongan. Di pertengahan tur bagi yang ingin mencoba sensasi menembak dengan senjata sungguhan macam AK-47 atau M16, silakan merogoh kocek untuk membeli peluru di galeri tembak di komplek yang sama. Di akhir perjalanan, kami digiring untuk menikmati sajian singkong rebus dan teh hangat yang katanya merupakan makanan pokok mereka selama perang berlangsung.
Inilah dia hot pot tom yam ala "Cumi" |
Anggota tur kami sedang berpose di depan peta komplek Cu Chi |
Memasuki kawasan hutan tempat Vietkong dulu berjuang untuk kemerdekaan mereka |
Berpose di depan tank tentara Amerika yang berhasil dikalahkan oleh sepasukan Vietkong dengan senjata ala kadarnya |
Peninggalan rudal-rudal musuh, tinggal kerangkanya saja karena isinya sudah didaur ulang |
Mejeng sebentar bersama Mr. Ho Chi Minh, si pemimpin revolusi sebelum pulang |
Ben Thanh Night Market
Salah satu kios baju kaos di pasar malam |
Di malam hari gedung pasar hanya menjadi latar saja, saatnya pasar jalanan beraksi |
Inilah penampakan si engko kelimis yang dengan sigapnya menyiapkan pesanan kami (saking cepatnya sampe blur, kayak kungfu aja hahaha) |
Nasi Babi Panggang (non halal) |
Ho Chi Minh, 23 Februari 2014
Saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Vietnam, memang masih banyak tempat indah dan menarik yang bisa dikunjungi di sini (salah satunya Ha Long Bay). Mungkin suatu hari nanti aku akan kembali menginjakkan kaki di Vietnam, dengan kisah baru tentunya. Tapi paket wisata yang sudah kami jalani selama 10 hari ini berakhir sampai di sini, saatnya kembali ke Jakarta untuk kembali ke rutinitas sehari-hari. Sampai jumpa Vietnam, semoga lain waktu kita kembali bersua ^-^
Bakalan kangen sama menu sarapan lengkap yang disediakan Huang Hai Long Hotel |
Haloooo, sebentar lagi aku pulang lohh.... buat yang sudah kangen ^.^ (mejeng di lobby Huang Hai Long) |
0 comments