Trip: Religious Bangkok, Thailand
11:18 PMSurabaya, 13 Februari 2014
Setelah menginap semalam di kota Surabaya, menjelang siang aku dan beberapa keluarga yang akan mengikuti tour ke Thailand, Kamboja dan Vietnam berangkat ke Airport Juanda. Secara pribadi aku sebetulnya lebih suka berjalan sendiri ketimbang ikut tour, tapi karena banyak anggota keluarga yang sudah cukup berumur tidak apalah yang penting judulnya tetap jalan-jalan. Setelah semua anggota tour lengkap berkumpul dan check in ke counter Air Asia (pesawat yang kami gunakan menuju ke Bangkok), kami pun segera meluncur ke ruang tunggu keberangkatan. Sekitar jam 4 sore pesawat kami pun lepas landas meninggalkan Juanda menuju Airport Don Mueang, Bangkok. Yang kemudian baru kami ketahui bahwa hari itu merupakan hari terakhir Airport Juanda beroperasi, dikarenakan di hari yang sama pada malam harinya Gunung Kelud meletus.
Kami tiba di Airport Don Mueang cukup malam, untung saja sudah memesan makan saat di atas pesawat. Cukup dengan merogoh kocek sebesar Rp.45.000 nasi lemak dari Air Asia yang hangat dan enak pun dengan cepat tandas untuk mengganjal perut di malam itu. Dikarenakan jalanan Bangkok yang macet, kami pun sedikit terlambat dijemput bis tour dan tiba di Khurana Inn menjelang dini hari. Khurana Inn adalah hotel tempat kami menginap selama 2 malam, berlokasi di daerah Pratunam yang merupakan daerah pusat belanja nya Bangkok. Hati-hati buat yang hobi belanja bisa kalap kalau menginap di daerah ini, banyak tempat untuk menyalurkan hobi kalian itu seperti di Pasar Pratunam dan Indra Square.
Bangkok, 14 Februari 2014
Wat Traimit (Temple of the Golden Buddha)Suasana Pasar Pratunam di pagi hari, foto diambil dari depan Khurana Inn |
Patung Buddha di puncak Wat Traimit |
Tampak luar Wat Traimit |
Salah satu bentuk berdana di hari Magha Puja, dan masih banyak kreasi-kreasi lainnya |
Komplek Wat Pho |
Patung Buddha Berbaring (diambil dari bagian kepala, dekat pintu masuk) |
Patung Buddha Berbaring (diambil dari kakinya, sisi bagian dalam ruangan) |
Para pengunjung yang berbaris memasukkan koin ke dalam jejeran 108 mangkuk |
Ini neh es krim yang bikin kepincut sama jajanan di Thailand (kiri) Foto Bapak penjual es krim, tentu saja setelah minta izin untuk diambil fotonya (kanan) |
Wat Arun (Temple of Dawn)
Feri, transportasi penyeberangan massal |
Wat Arun dari depan pada siang hari |
Detail dari Wat Arun, yang tediri dari porselen dan pecah belah warna-warni yang tertanam di dalam konstruksi |
Pemandangan sungai Chao Phraya dari puncak Wat Arun Tampak di sisi kanan salah satu prang yang mengawal prang utama tempat aku berdiri |
Suasana di puncak Wat Arun, ternyata banyak juga yang berani naik sampai ke puncak |
Beginilah pemandangan saat mau turun dari puncak Wat Arun, cukup curam ternyata pas naik sih ga terasa |
Prang (pagoda) utama Wat Arun |
Se Mien Fo (Maha Brahma)
Kalau yang satu ini sering disalahartikan sebagai Buddha berwajah empat, padahal sosok sebenarnya dari Se Mien Fo ini adalah Dewa Brahma. Asal-usulnya Dewa Brahma sampai memiliki 4 wajah dimulai dari ketertarikannya terhadap kecantikan Dewi Saraswati yang selalu menghindari tatapannya. Saat Dewi Saraswati menghindar ke kanan Dewa Brahma memunculkan kepala baru di sisi kanan wajahnya, demikian pula saat ia menghindar ke kiri dan ke belakang sampai akhirnya ada 4 wajah di setiap penjuru arah. Lalu kenapa Se Mien Fo yang berlokasi di pusat perbelanjaan MBK Bangkok ini sedemikian terkenalnya sehingga orang-orang dari berbagai penjuru dunia suka mampir memohon di depan altarnya? Semua itu karena berita yang tersebar kalau memohon dengan nazar tertentu di tempat ini, seringkali terkabul. Seperti kisah si gadis yang putus cinta dan bisa kembali berbahagia dengan pasangannya, yang menari telanjang di depan altar untuk memenuhi nazarnya. Konon kisah si gadis ini merupakan cikal bakal dari ketenaran Se Mien Fo di kalangan dunia. Karena kondisi Bangkok yang waktu itu masih dikategorikan rawan karena demo, waktu kami ke sana kami tidak bisa masuk melihat Se Mien Fo dari dekat, hanya bisa dari depan pagar saja. Tapi buat yang mau memanjatkan permohonan dan nazar di sana tetap bisa walau dari depan pagar, dengan membeli paket bunga, dupa dan lilin seharga THB 200 dari para penjaja di sekitar. Kenapa bisa mahal dan tidak ditawar dulu, sedikit banyak karena ada kepercayaan kalau belanja buat sembahyang kurang manjur kalau pakai acara ditawar dulu. Selebihnya cukup mengikuti arahan mereka, mulai dari pasang lilin, menaruh kalungan bunga, memanjatkan doa dengan mengangkat dupa, sampai dengan menempelkan kertas emas. Yah mungkin agak terbolak-bolak caranya karena mendengarkan pengarahan dalam bahasa Thai yang so pasti aku ga ngerti plus di tengah desakan orang-orang yang ramai memanjatkan doa di sana.
Se Mien Fo di malam hari, pagar depan sudah ditutup dan lantai sedang disikat oleh petugas |
Yak, sampai di sini saja perjalananku di Bangkok kali ini. Siap untuk berangkat ke tujuan berikutnya masih di negeri gajah putih ini, sampai bertemu di post berikutnya ^-^
0 comments