Trip: Dari Pizza Sampai Gelato, Jajan & Makan di Italy

5:19 PM

Minuman kemasan peach
0.5 saja, enak dan segar
Katanya kemarin habis Italy mau ke Swiss kenapa masih bahas Italy lagi? Sorry banget, entah kenapa kok ga rela rasanya untuk meninggalkan negara yang cantik ini sebelum membahas suka duka kami dalam berburu makanan di sini. Kalau untuk masalah air minum sih ga perlu khawatir karena hampir di setiap kota yang kami singgahi mulai dari Rome, Pisa, Florence, Venice, dan Milan selalu tersedia keran air minum. Lumayan buat refill botol minum kita ketimbang harus beli air minum botolan (namanya juga backpacker-an, ngirit itu wajib hukumnya). Yang pasti tiap kali nemu atau ngeliat ada keran air minum ngucur dari kejauhan langsung buru-buru habisin botol minum di tangan, terus mejeng di depan keran sambil mengisi botol sampai penuh lagi di keran tersebut. Airnya jernih dan dingin, jadi seger banget buat diminum dan cenderung aman karena sepanjang liburan kami kali itu di antara kami tidak ada yang mules gara-gara konsumsi air tersebut. Entah karena perut kami yang sudah terlatih imun-nya selama di Indonesia (sudah biasa minum air kobokan cucian piring dari ember si abang), atau memang air minum di sana memang termasuk yang aman diminum. Walaupun begitu ada salah satu teman kami yang agak anti buat minum air dari keran ini, kecuali kalau terpaksa daripada dehidrasi karena cuaca Italy di penghujung musim panas September lalu tergolong cukup panas.

Anak berambut merah yang imut sedang sibuk bolak-balik mengisi air minum di salah satu keran
di Venice (sumpah anaknya imut bangettt, pengen culik bawa pulang rasanya)

Pizza
Nah, kalau makanan yang satu ini siapa sih yang ga kenal. Belum ke Italy namanya kalau belum nyicipin makanan yang terbuat dari roti tipis yang dipanggang dengan berbagai topping di negeri asalnya ini. Dari berbagai pizzeria (restoran yang menjual pizza), kami menjajal yang terletak cukup dekat dengan St.Peter's Basilica. Yang lebih asyik lagi ada paket ekonomis yang cocok untuk dinikmati bersama, dipatok dengan harga 7 terdiri dari 6 potong pizza dan 1 minuman wine, coke atau bir (sudah pasti wine lah ya, ogah rugi).


Pasta
Masih makanan khasnya Italy, pasta. Sepulang dari Papal Audience masih di dekat St.Peter's Basilica ada Cafe Risorgimento tempat kami mengisi perut di siang hari yang terik. Harga makanan di sini cukup mahal, seperti Frittata yang aku pesan dipatok dengan harga 8 atau sekitar 120 ribu Rupiah per porsi. Rasanya cukup unik, perpaduan omelet dan spaghetti dengan porsi yang pas untuk mengganjal perut sambil berkeliaran sampai malam.

Ini yang namanya Frittata. Saking ramainya Cafe Risorgimento, mereka sampai gelar meja kursi di luar restoran. Hal ini sudah menjadi pemandangan yang umum untuk restoran-restoran di Italy saat jam makan. Entah kenapa makan di pinggir jalan sambil memandang jalanan kalau di Eropa sensasinya berbeda.
Hidangan restoran dekat Pisa Tower, €8
Aglio Olio di salah satu restoran Venice, porsinya super luber dengan harga €9.
Satu porsi bisa untuk dua orang bahkan sepertinya lebih, untuk rasa tidak segurih Aglio Olio di Indonesia (kurang micin hahaha).
Masih hidangan dari restoran yang sama, seafood spaghetti pesanan temanku ini porsinya lebih pas dan rasanya pun jauh lebih lezat.
Sedikit menyesal tidak memilih menu ini, mengingat hidangan laut merupakan salah satu keunggulan Venice.
Lelah berkeliling di Milan akhirnya memilih pesan makanan di tempat kami menginap "Ostello Bello", lagi-lagi pasta plus mocktail yang menyegarkan, paket ini seharga €5. Buat traveler yang minim budget, Ostello Bello top banget deh petugasnya ramah-ramah, welcoming drink, kamar yang bersih, tersedia game room dan tempat nongkrong juga.

McD & McCafe
Sepertinya tidak perlu dijelaskan lagi ya tempat makan yang sudah medunia ini. Yang pasti restoran ini tempat nongkrong favorit salah satu rekan perjalananku, kalau dia tiba-tiba menghilang atau terpisah dari grup tidak perlu bingung lagi cukup cari di Mcd atau McCafe terdekat saja. Selain itu, McD juga telah jadi penyelamatku pada awal perjalanan kami di saat perutku bawel karena kebab yang kumakan di Turki sehari sebelumnya. Di tengah pencarian toilet umum yang cukup layak untuk digunakan di tengah perjalanan, McD adalah solusi terbaik.

Cappuccino plus Cinnamon Roll, kombinasi favorit donk cukup €1.9 saja.
Ternyata rasa kopinya jauh di atas ekspektasi, suka pake bangettt.
Beli paketnya McD buat makan malam ramai-ramai, sistem pesannya sudah pakai mesin otomatis.

Chinese Food

Kalau yang ini sih atas permintaan salah satu temanku yang sudah rindu berat ketemu sama yang namanya nasi, padahal baru malam keempat dari perjalanan kami. Walaupun harganya jadi jauh lebih mahal ketimbang restoran masakan cina di negeri sendiri, ya namanya sudah rindu mau bagaimana lagi. Sedikit kisah lucu yang kupelajari dari salah satu restoran Cina di sini adalah cara menggunakan wastafel dengan sistem pedal kaki. Dimana kita harus menginjak dan memompa pedal kaki di bawahnya supaya air naik dan mengalir dari keran di wastafel (irit listrik plus olahraga ya). Yang lucu dari kisah ini adalah lagi-lagi berawal dari perutku yang bawel di awal perjalanan dan berontak ketika turun dari St. Peter's Basilica Dome, untungnya ada toilet di terasnya. Alhasil kembali melakukan setoran di sana, yang aneh adalah flush toilet bisa keluar tapi air di wastafel tidak keluar sama sekali alias kering kerontang untung masih ada sisa air minum di botol untuk cuci tangan. Tapi setelah lihat wastafel pedal kaki di restoran ini, baru terbersit di ingatan sepertinya ada penampakan serupa pedal yang sama di toilet teras St. Peter's Basilica yang berarti...

Edisi makan malam melepas rindu, pesan aneka lauk untuk makan sama-sama
Di restoran inilah baru mengenal yang namanya wastafel pedal kaki

Gelato
Wajib hukumnya nyobain makanan yang satu ini di negara asalnya. Es krim dengan kadar lemak yang lebih rendah ini sudah pasti favorit semua orang. Ada kedai gelato di dekat St. Peter's Basilica (Rome) yang selalu ramai dengan pengunjung, Old Bridge Gelateria namanya. Selain rasanya yang enak, harga bersahabat 2 untuk 3 scoop, pilihan rasanya sangat banyak (sampai bingung milihnya), penjual yang ramah, porsinya juga luber tidak heran banyak yang rela antri di kedai ini. Bahkan katanya kedai ini sudah berdiri sejak lebih dari 30 tahun yang lalu, wow. 

Ada juga Il Gelato di San Crispino yang terletak dekat Trevi Fountain (Rome) untuk pilihan rasa yang lebih klasik dan natural karena pembuatannya menggunakan bahan-bahan alami dari dataran Italy, tanpa pengawet, rasa artifisial, pewarna dan emulsifier sama sekali. Jadi tak heran kalau harga yang dipatok pun lumayan mahal, 3.5 untuk 2 scoop. Yang agak menyulitkan saat memilih rasa adalah kita tidak bisa melihat tampilannya karena semuanya disimpan dalam kaleng es krim tertutup yang baru dibuka hanya saat menyendokkan es krim untuk disajikan saja. Katanya sih untuk menjaga tekstur dan rasa, karena penggunaan bahan-bahan alami tadi juga sih. Selain Il Gelato di San Crispino, pemenang berikutnya yang menurutku paling enak dan masih berkesan sampai sekarang adalah Dark Choco-nya Venchi (Florence) walau harganya lumayan ya 2.5 per scoop. Yang mana yang paling enak? Sepenuhnya balik lagi ke selera masing-masing.

Ketauan kan siapa yang paling doyan dari sisa es krimnya hahaha
Duo klasik dari Il Gelato di San Crispino, warnanya cenderung pucat karena tanpa pewarna sama sekali
Dark Choco gelato-nya Venchi yang ngangenin
Venchi cabang Florence
Selain gelato Venchi juga menjual aneka produk berbau coklat, ada caviar coklat juga slurp...
Yak, sekelumit kisah cemal-cemilku resmi menutup kisah perjalananku di Italy kali ini. Seperti biasa semoga masih ada kesempatan untuk berkunjung ke sana di lain waktu. Arrivederci!

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

FLASHBACK

Trip: Tomb Visits, Paris Day 4

Selasa, 24 September 2013 Paris Père Lachaise Cemetery Kunjungan pertama hari ini agak beda dari biasanya, yaitu ke kuburan. Ich kok jalan-j...