Trip: Louvre Museum dan Notre-Dame, Paris Day 3

8:26 PM

23 September 2013
Paris
Masih di hari yang sama setelah mengunjungi Basilica St. Denis kita langsung menuju ke ikon lainnya kota Paris, Museum Louvre. Lokasinya cukup gampang ditemukan, tepat di seberang Tuileries Garden.
Piramida karya Ieoh Ming Pei yang sekaligus merupakan tempat masuk ke Museum Louvre
Tapi sebelum antri masuk kami harus ke agen tempat kami membeli tiket skip antrian yang sudah dibeli online jauh-jauh hari. Plus salah satu teman kami mau mampir ke gerai Longchamp untuk beli titipan yang katanya tidak jauh dari agen tersebut. Jadilah kami mengembara sebentar ke area kota walau sempat sedikit nyasar karena setiap sudut bangunan terasa mirip, dan lokasi penempatan nama jalan yang seringkali di sudut bangunan.
Akhirnya sampai juga, buru-buru ambil tiket skip antriannya
Tas Longchamp yang fungsional dan awet tapi tetap gaya, harganya sih memang jauh lebih murah daripada kalau sudah masuk Indonesia. Berhubung bukan fans barang branded, window shopping sajalah sambil tungguin teman.
Keluar dari Longchamp akhirnya beli cemilan dulu karena sudah keburu lapar, cookie kacang seharga €2 yang yummy dan kacangnya berasa banget karena luber dan hampir menutupi si cookie. Lanjut perjalanan balik ke Louvre sambil mikir dan mencari-cari mau makan siang apa karena sudah jam makan siang serta mengingat Louvre yang cukup luas pastilah ini perut mesti diganjal yang padat dan berat (entah kenapa di otak cuma nasi dan nasi hahaha). Alhasil begitu melewati sepasang muda-mudi lokal yang sedang asyik menikmati mi goreng (yang artinya makanan Asia ya kan?) jadilah kami tanya juga karena penasaran mereka beli dimana. Dan setelah hampir lost in translation, petunjuk yang kami dapat adalah mereka beli di restoran Jepang (Japonais bahasa Perancis-nya) bernama Sapporo sambil menunjuk ke arah jalan. Setelah mengikuti arah yang ditunjuk sampailah kami di restoran Jepang mungil bernama Sapporo Ramen. Saking mungilnya untuk duduk di meja makan lantai dua (karena di bawah penuh) harus nyelip-nyelip ala iklan pelangsing. Langsung saja pilih katsu curry seharga €9.5 entah kenapa kangen banget sama menu satu ini. Yang aku perhatikan ternyata masing-masing lantai punya dapur dan pelayan sendiri dan khusus bertanggung jawab atas lantainya masing-masing, buat efisiensi waktu juga kali ya daripada naik turun tangga terus. Yak, hidangan sudah datang langsung santapp...  

Tuileries Garden
Taman ini pasti kita lalui saat menuju ke Louvre Museum. Karena taman ini sangat amat luas ujungnya bisa sampai ke Champs-Élysées, jadi kami numpang lewat saja daripada waktu explore di Louvre nanti semakin terpotong.
Salah satu ornamen penghias taman

Arc de Triomphe du Carrousel, Place du Carrousel
Gapura kemenangan berbentuk busur di Place du Carrousel, dibangun pada tahun 1806-1808 sebagai peringatan kemenangan Napoleon. Bentuknya serupa dengan Arc de Triomphe de l'Étoile yang berlokasi di penghujung Champs-Élysées (salah satu bintangnya Paris) karena memang dirancang bersamaan jadi bisa dibilang mereka bersaudara. Namun karena ukurannya yang dua kali lipat lebih besar, de l'Étoile baru rampung beberapa puluh tahun setelah saudaranya.
Penampakan gerbang kemenangan, masih berdiri kokoh sampai sekarang

Louvre Museum
Yay akhirnya saatnya menjelajah museum, tiket online yang kami beli seharga €12 plus skip antrian jadi lumayan hemat waktu dan masuklah kami ke dalam piramida kaca turun ke bawah tanah yang menembus ke gedung istana di baliknya dan memulai penjelajahan kami di Museum Louvre.
Pose wajib di Louvre, ikutan sebentar sebagai bukti sudah  mampir di sini

Museum Louvre merupakan museum terbesar di dunia, dengan ratusan ribu koleksi peninggalan sejarah. Sejarah singkat Louvre bermula dari fungsinya sebagai benteng pertahanan Perancis terhadap serangan Inggris yang kemudian beralih fungsi menjadi istana kerajaan Perancis dan akhirnya menjadi museum seperti sekarang ini. Tidak heran kalau interiornya sebagian besar mirip dengan Versailles dengan arsitektur Perancis yang wah itu. Saking besarnya, museum ini dibagi menjadi delapan departemen yang hanya berhasil kami kunjungi separuhnya saja, diprioritaskan ke bidang yang kami minati dan jalan yang berhasil kami temukan untuk menuju ke sana saja (sedikit buta arah jadinya di dalam museum raksasa ini). 

Delapan departemen tersebut adalah:
Barang Antik Mesir
Nah, kalau yang ini pas deh buat yang belum pernah menginjakkan kaki di negeri Mesir. Berbagai koleksi barang antik hasil ekskavasi di Mesir seperti sphinx, mumi, sarkofagus dan berbsgai peninggalan lainnya yang seakan membawa kita ke perkembangan peradaban negeri ini mulai dari 4.000 tahun ke belakang. Seperti patung yang dibuat hampir menyerupai ukuran dan wujud orang aslinya dalam pakaian dan sosok terbaik mereka semasa hidup, sebagai bentuk peninggalan abadi mereka setelah meninggalkan dunia ini yang sempat menjadi tren pada periode Old Kingdom Mesir (2700-2200 tahun sebelum Masehi). Sepertinya budaya mempersiapkan rumah masa depan (setelah meninggal dunia) di Mesir terus berlanjut. Pada periode New Kingdom, yang berkedudukan bisa menghabiskan hampir seluruh masa hidupnya untuk "mendandani" rumah masa depan mereka mulai dari sarkofagus sampai kuil tempat persembahan. Karena konon untuk bisa bertahan di alam seberang sana, keturunan mereka yang masih hidup harus mempersembahkan makanan untuk mereka.

Salah satu masterpiece di Louvre adalah Great Sphinx of Tanis yang merupakan sphinx terbesar di luar negeri Mesir. Pengertian sphinx sendiri adalah simbol dekatnya hubungan antara dewa matahari (tubuh singa) dan raja (kepala manusia) dan berfungsi sebagai pelindung Mesir dari  musuh (posisi tegak) atau diletakkan di tempat-tempat dewa bersemayam atau pernah menampakkan diri (posisi berbaring).
Di departemen ini kita masih bisa melihat sisa bangunan benteng Louvre di awal berdirinya
Berurutan dari kiri atas searah jarum jam: Great Sphinx of Tanis, Rishi Coffins dari Pharaoh Sekhemre-Heruhirmaat Intef dan Sekhemre-Wepmaat Intef, sarkofagus yang terbuka, dan monumen yang didirikan oleh Raja Amasis didedikasikan untuk seekor kerbau Apis suci yang meninggal
Di Mesir kucing dianggap hewan suci dan keramat, oleh karena itu banyak juga kita temui peninggalan patung kucing dan mumi kucing di sini

Barang Antik Oriental / Timur Dekat (Near Eastern)
Walaupun kami tidak sempat menjelajah divisi ini bukan berarti isinya tidak menarik ya. Divisi ini berisikan barang antik mulai dari ribuan tahun sebelum Masehi peninggalan kerajaan Ottoman, Assyria, Cyprus, Holy Land, Elam, Mesopotamia dan sekitarnya di daerah Timur Tengah dan Timur Dekat, yang hasil ekskavasi di negara Irak, Iran, Libanon, dan sekitarnya. Salah satu dari penemuan yang paling berharga di divisi ini adalah frieze (dekorasi pada bangunan istana) 'Archers of Darius' yang menggambarkan pasukan elit Persia yang mengabdi pada kerajaan dan rajanya. Darius I adalah seorang Pangeran Persia yang menyatukan Iran dan mendirikan kerajaan Persia yang membentang dari Indus ke Laut Aegea sampai ke Mesir.

Barang Antik Yunani, Etruscan dan Romawi 
Merupakan departemen tertua di Louvre. Pada masa revolusi Napoleon departemen ini menambah koleksinya dalam jumlah besar, di mana Ia berhasil membeli koleksi keluarga Borghese dari Italia (termasuk lebih dari 500 patung marmer). Karya unggulannya adalah patung Aphrodite atau yang lebih dikenal dengan nama Venus de Milo, patung dewi Yunani yang disembah di pulau Mílos walaupun tanpa lengan tetap menggambarkan kecantikan dan sensualitas klasik dari masa lalu. Selain itu ada The Winged Victory (Nike) of Samothrace, patung dewi kemenangan tanpa lengan dengan sayap membentang ke belakang, pakaian yang berkibar dan kepala yang mencondong ke depan seakan sedang melawan angin dan hendak terbang, seakan-akan sosoknya yang setinggi 3.28 meter itu ringan saja. Sedangkan Etruscan karena lokasinya yang dekat dengan Yunani di pinggiran Italia menjadikan peninggalan budaya mereka merupakan perpaduan keduanya. Peninggalan dari kota Pompeii yang terkubur saat gunung Vesuvius meletus pun juga menjadi saksi bisu karya seni Roman yang terpajang di sini.
Berurutan dari kiri atas searah jarum jam: Bust seorang pria Roman, Patung Aphrodite (Venus de Milo), Diadem (mahkota aksesoris wanita Yunani), Cameo of Augustus, Patung Athena
Galeri Daru yang berisi koleksi Borghese Gladiators

Lukisan
Departemen ini berupa galeri lukisan yang super besar, berisi karya pelukis-pelukis kenamaan Eropa seperti Leonardo da Vinci, Eugène-Delacroix, Jacques-Louis David dan masih banyak lagi. Di mana dua per tiga dari koleksinya adalah hasil karya seniman Perancis. Ada beberapa karya lukisan yang menarik perhatianku di antaranya adalah "Mona Lisa" (potret dari Lisa Gherardini) dan "St. John the Baptist" dua karya Leonardo da Vinci yang konon katanya terinspirasi oleh model pria yang sama yaitu SalaÌ (dirumorkan sebagai pasangan hidup Leonardo da Vinci). Lebih jauh, Mon Salaì yang dalam bahasa Perancis artinya Salaì-ku merupakan anagram dari Mona Lisa. Seperti yang kita tahu Leonardo sangat pandai menanam kode-kode rahasia dan pesan tersembunyi di dalam karya-karyanya. Lukisan Mona Lisa menghabiskan waktu sampai 5 tahun dan bahkan belum dianggap rampung oleh Leonardo sampai akhir hayatnya. Lukisan "Mona Lisa" yang fenomenal dan penuh kontroversi ini diperlakukan berbeda di Louvre, sebagai satu-satunya lukisan yang dipajang rapi dengan pagar pembatas dan bingkai kaca. Melihat dari dekat pun sedikit sulit karena penuh kerumunan pengunjung yang penasaran dengan lukisan ini. Sempat sedikit kaget karena ternyata "Mona Lisa" aslinya jauh lebih kecil dari bayanganku selama ini (efek habis lihat lukisan-lukisan ukuran super di sini).

Dari Perancis sendiri ada Jacques-Louis David, pelukis sekaligus aktivis gerakan revolusi Perancis. Membawa pengaruh paling besar dalam seni lukis gaya neoclassical di Perancis dan memiliki banyak murid pada masa Republik Perancis. Beberapa karyanya yang fenomenal adalah "The Death of Marat" (menggambarkan pembunuhan Marat) "Napoleon Crossing the Alps" dan "Coronation of Empress Josephine." Jacques Louis David akhirnya diasingkan di sisa hidupnya saat monarki Bourbon kembali berkuasa, dan tidak boleh menginjakkan kaki lagi ke Perancis. Oleh karena itu hanya jantungnya saja yang dimakamkan di Paris.

Berikutnya adalah karya Ambrogio Bergognone, seorang pelukis dari Italia pada zaman Reinanssance, beberapa karyanya yang dipajang di Louvre adalah sebuah triptych (satu kesatuan karya lukisan yang terbagi menjadi tiga panel / lukisan) "Saint Augustine and a Kneeling Donor", "Presentation at the Temple", "St. Peter and a Kneeling Donor"  yang martir dan digambarkan dengan sebuah parang menancap di kepalanya. Karya ini awalnya terpencar di beberapa tangan pemilik hingga akhirnya berhasil dikumpulkan dan dibeli oleh Louvre.
Berurutan dari kiri atas searah jarum jam: "St. John the Baptist" karya Leonardo da Vinci, "Mona Lisa" karya Leonardo da Vinci, "Joan of Arc at the Coronation of Charles VII" karya Jean-Auguste Ingres, "The Two Sisters" karya Théodore Chassériau, sebuah triptych karya Il Bergognone
Lagi sibuk baca buku guide dan sejarah Louvre yang baru dibeli di toko souvenir
"The Consecration of Emperor Napoleon and the Coronation of Empress Josephine
in the Cathedral of Notre-Dame, Paris, 2nd December 1804" karya Jacques-Louis David.
Lukisannya super besar dan detail (panjangnya saja hampir 10 meter), pantas saja butuh bertahun-tahun untuk bisa selesai

Seni Islam
Departemen termuda di Louvre, berisi koleksi karya seni peninggalan peradaban Islam yang bermula pada sekitar abad ke-7 setelah Masehi setelah kematian Nabi Muhammad. Di saat bangsa Arab mulai berkuasa atas Siria, Mesir, Iran dan Mesopotamia. Penyebaran agama Islam pun semakin meluas bahkan sampai ke wilayah Afrika, Spanyol, Asia Tengah dan India yang berpengaruh besar pada karya-karya seni yang dihasilkan. Ilustrasi dasar dari seni Islam seputar dekorasi geometris, permainan garis, dekorasi buah-buahan dan bunga serta kaligrafi, karena ajaran agama Islam yang melarang penggambaran manusia dan binatang. Walaupun masih ada beberapa pengecualian atas aturan ini di wilayah-wilayah tertentu.
Berurutan dari kiri ke kanan: Mughal Armor, Mughal Flask, Mughal Daggers

Patung
Departemen yang berisi koleksi patung-patung karya seniman Eropa mulai dari akhir abad pertengahan. Sedikit bersinggungan dengan departemen tetangga Barang Antik Yunani, Etruscan dan Romawi serta departemen Objects d'art / Seni Dekorasi. Salah satu bagian dari Louvre yang belum kami jelajahi hari itu.

Seni Dekorasi
Berisi koleksi dekorasi seperti patung kecil dengan ornamen, permadani, perabot, kaca patri dan lain-lain. Lagi-lagi kami belum mampir ke sini, padahal ada kediaman Napoleon III yang sayang untuk dilewatkan.

Seni Grafis
Kalau divisi ini katanya sih menyimpan dan memajang gambar atau sketsa dari para seniman ternama. Karena fisik dari kertas yang mudah rusak, maka mereka dipajang secara bergiliran. Kami tidak sempat mampir ke bagian ini jadi tidak ada dokumentasi ya. Lanjut...

Carrousel du Louvre
Nah, kalau ini adalah pusat perbelanjaan atau mal bawah tanah yang terkenal dengan piramida terbaliknya. Namanya berasal dari dua lokasi terkenal di dekatnya yaitu Museum Louvre dan Place du Carrousel.
Setor muka dulu yuk, persis seperti piramida Louvre di atasnya cuma versi terbalik saja

Notre Dame Basilica
Tiba di tujuan terakhir hari ini yaitu katedral Notre-Dame yang merupakan contoh dan pelopor terbaik dari arsitektur gothic Perancis. Dengan fitur-fitur terbaik seperti organ kuno, bel gereja dan "rose window" (persis seperti di Basilica St. Denis). Selain sebagai gereja, Notre-Dame yang didirikan sejak 1160 ini juga sudah menjadi saksi sejarah Perancis mulai dari pengrusakan pada masa Revolusi Perancis, pelantikan Napoleon I dan tokoh-tokoh penting Perancis lainnya, juga sebagai makam sebagian besar presiden Republik Perancis.

Yang pertama kali terbersit ketika mendengar Notre-Dame kita pasti teringat dengan karakter pria buruk rupa dan bungkuk dari The Hunchback of Notre-Dame, novel karya Victor Hugo yang kemudian diangkat ke salah satu film kartun Disney. Tokoh yang merupakan penggambaran jangan menilai buku dari sampulnya karena terlepas dari penampilannya yang jauh dari sempurna hatinya sangatlah mulia.

Kunjungan kami ke sini sangatlah singkat karena jam kunjung untuk umum sudah mau habis. Sekaligus mengakhiri perjalanan kami di hari ini.
Wajah Notre-Dame yang disapu oleh cahaya matahari terbenam dengan indahnya
Para umat yang sedang beribadah dengan kuhsyuk di sore itu
Petugas yang sedang membersihkan altar setelah proses kebaktian selesai
Terlepas dari sosoknya yang menakutkan ternyata patung-patung gargoyle di sekeliling eksterior gereja memiliki fungsi ajaib sekaligus pelindung yaitu sebagai saluran pembuangan air dari atap yang menjorok jauh dari dinding katedral sehingga menjaga kelestarian dindingnya dari erosi air hujan.
Pemandangan Notre-Dame di malam hari, saatnya mengucapkan salam perpisahan

Vietnam Noodles, salah satu makanan favorit
Absen lagi di restoran Vietnam favorit, kali ini pesan Vietnam Noodles cukup €7.6 saja. Langsung sruput habis, enak banget badan jadi hangat seketika. Saatnya balik ke hostel untuk beristirahat dan rapi-rapi, salah satu teman perjalanan kami akan pulang duluan besok subuh. Jadi besok kita akan keluyuran bertiga saja ke tempat yang menarik, sampai jumpa di artikel berikutnya ^·^

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

FLASHBACK

Trip: Tomb Visits, Paris Day 4

Selasa, 24 September 2013 Paris Père Lachaise Cemetery Kunjungan pertama hari ini agak beda dari biasanya, yaitu ke kuburan. Ich kok jalan-j...